Hati-hati! Sifat Psikopatik Pada Anak Dapat Tumbuh Akibat Terlalu Sering Menonton Film Sadis Lho

Hati-hati! Sifat Psikopatik Pada Anak Dapat Tumbuh Akibat Terlalu Sering Menonton Film Sadis Lho
Hati-hati! Sifat Psikopatik Pada Anak Dapat Tumbuh Akibat Terlalu Sering Menonton Film Sadis Lho
Dewasa ini, kegiatan menonton film dan sinetron telah menjadi acara favorit banyak orang untuk melepas penat setelah seharian beraktivitas. Laporan dari KPI bahkan menawarkan bahwa di antara negara-negara ASEAN, belum dewasa Indonesia menempati urutan teratas dalam urusan menonton siaran televisi terlama. Anak-anak negara ASEAN lain hanya menghabiskan waktu di depan TV 2 hingga 3 jam per hari, sementara belum dewasa di Indonesia rata-rata menonton TV hingga 5 jam bahkan lebih setiap hari. Dan kebanyakan tontonan yang mereka lihat setiap hari sarat akan unsur kekerasan dan hal-hal yang berbau sadis. Tentunya hal ini sangat tidak mendidik bagi tumbuh kembang anak dan sangat disayangkan.


Anak mencar ilmu menggandakan dari apa yang mereka lihat
Anak mencar ilmu dengan cara menggandakan dari apa yang mereka lihat dari interaksi sosial. Pasalnya semenjak lahir, jaringan otak yang mendukung pembelajaran interaktif sudah mulai berkembang.

Itulah mengapa anak mampu mengenali dan menggandakan ekspresi wajah atau aba-aba yang ada di lingkungan sekitarnya. Sifat menggandakan tersebut bahkan terus berlanjut hingga anak sedikit dewasa, sehingga jangan heran bila anak Anda mampu menggandakan gerakan, perkataan, emosi, bahasa, atau perilaku Anda. Hal inilah yang pada balasannya membuat orangtua khawatir bila anak mereka menggandakan adegan-adegan yang ada di dalam televisi.

Dan benar saja. Dilansir dari Tribun News, pada selesai April 2015 lalu seorang anak kelas 1 SD di Pekanbaru meninggal dunia akhir dikeroyok oleh teman-temannya. Menurut keterangan orang tuanya, korban dan teman-temannya sedang bermain sambil menirukan episode perkelahian dalam sinetron “7 insan harimau” yang sempat ditayangkan di televisi. Ini gres satu pola dari sekian banyak kasus yang pernah terjadi.

Beberapa studi yang dilansir dalam Urban Child’s Institute menawarkan bahwa terlalu banyak menonton televisi tak hanya berdampak negatif pada prestasi dan kesehatan anak secara keseluruhan, namun juga perkembangan perilakunya di masa depan.


Keseringan nonton film kekerasan menumbuhkan sikap psikopatik pada anak
Studi Guntarto tahun 2000 menawarkan bahwa anak yang telalu banyak nonton film dan tayangan televisi yang berbau kekerasan dapat tumbuh menjadi sosok anak yang sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar. Studi lain yang dilakukan oleh Anderson tahun 2012 juga menawarkan bahwa belum dewasa yang menonton film kekerasan lebih cenderung memandang dunia sebagai daerah yang kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan. Anggapan negatif terhadap dunia luar ini lama-kelamaan dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian berangasan pada anak.

“Anak yang gemar menonton acara-acara sadis di televisi cenderung menawarkan perilaku sadis di masa depan, sementara orang-orang yang terlalu sering menonton TV cenderung memiliki perilaku buruk nantinya,” ujar para peneliti dari University of Otaga di New Zealand, berdasarkan hasil studi yang diterbitkan di jurnal Pediatric.

Para peneliti menemukan bahwa anak yang lebih sering menonton TV akan melaksanakan tindakan kriminal dikala dewasa. Faktanya, setiap jam yang dihabiskan anak untuk menonton TV di malam hari, risiko mereka melaksanakan perbuatan kriminal akan meningkat sebesar 30 persen.


Baca Juga: Ingin Cepat Hamil ? Cara Menghitung Masa Subur
Penelitian ini dilaksanakan pada 1,000 anak yang lahir pada tahun 1972 hingga 1973 di kota Dunedin, New Zealand. Saat berusia lima tahun, belum dewasa mulai diwawancarai mengenai kebiasaan menonton TV mereka setiap 2 tahun sekali. Peneliti lalu membandingkan informasi yang telah mereka dapat dengan rekor kriminal partisipan pada umur 17-26 tahun, termasuk perampokan bersenjata, pembunuhan, serangan yang membahayakan, pemerkosaan, menyerang orang dengan binatang, dan vandalisme dengan kekerasan telah dicatat secara terpisah. Para peneliti menemukan adanya kemiripan pada sikap agresif, antisosial, dan emosi negatif pada partisipan yang sama pada umur 21-26 tahun.

Sifat antisosial,  atau yang sering disebut dengan “sosiopat” atau “psikopat” ialah sebuah kondisi gangguan mental di mana seseorang tidak dapat mencicipi empati terhadap sekitarnya dan sering dikaitkan dengan sikap manipulatif dan bertentangan dengan hukum menyerupai compulsive liar (berbohong terus menerus tanpa disadari), mencuri, merusak properti, dan kekerasan.

Individu pengidap psikopati tidak memiliki rasa penyesalan dan bersalah atas perbuatannya terhadap orang lain, juga rasa tanggung jawab yang hampir nol besar.


Orangtua perlu mendampingi anak dikala menonton televisi
Meskipun alasan kenapa nonton film dapat menjadi salah satu faktor terbentuknya sikap antisosial masih belum terperinci (terlalu banyak faktor lain mengenai penyebab kemungkinan terjadinya hal ini), para peneliti mengatakan bahwa ada satu hal yang jelas-jelas dapat meminimalisir dampak negatif kebanyakan nonton film dan sinetron pada tumbuh kembang anak: kurangi waktu menonton anak.

Beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua untuk meminimalisir dampak buruk dari tayangan televisi adalah:

  • Mempelajari perihal jenis dan rating film yang dapat ditonton oleh anak-anak. Dengan mengetahui jenis dan rating film, maka orang bau tanah dapat mengetahui film apa saja yang cocok atau tidak cocok untuk ditonton oleh anak sesuai usianya.
  • Hindari memfasilitasi kamar anak dengan televisi, terutama bila Anda dan anak tidak tidur dalam satu kamar.
  • Memberikan larangan tegas dan pendampingan kepada anak yang menonton film kekerasan. Tujuannya ialah supaya orang bau tanah dapat mengawasi apa yang ditonton oleh anak, serta dapat melaksanakan diskusi dengan anak terhadap film yang ditonton. Salah satunya ialah dengan memberitahu bahwa episode dalam televisi tidaklah nyata; sehingga kekerasan tersebut akan menyebabkan rasa sakit bila dilakukan di kehidupan nyata, sehingga mereka tidak boleh menggandakan episode berbahaya tersebut.
  • Ajak anak Anda melaksanakan acara lain, menyerupai menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi dengan sobat seusianya, atau orangtua dapat memperkenalkan anak dengan hobi gres yang menyenangkan.
Nah sudah terperinci kan mengapa menonton telivisi dapat menyebabkan sifat psikopatik pada anak, sebagai orang bau tanah kita harus lebih cerdas menyikapinya. Demikianlah informasi dari kami, semoga informasi ini dapat membantu dan mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan tontonan belum dewasa kita. Terimakasih telah mengunjungi www.dewisehat.top, sebuah situs dimana Anda dapat mempelajari tips-tips kesehatan dan kecantikan yang telah di sajikan untuk Anda secara gratis. Jangan lupa untuk share artikel-artikel yang telah admin sajikan sebagai bentuk apresiasi atau penghargaan pada goresan pena ini.

Subscribe to receive free email updates: